Askep ARTRITIS REUMATOID
A. Defenisi
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi progresif, sistemik dan kronis (Pusdinakes, 1995) synovial.. Arthritis rheumatoid merupakan peradangan yang kronis dan sistemik pada sendi
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun factor predisposisinya adalah:
· mekanisme imunitas (antigen-antibodi)
· factor metabolic
· infeksi virus
C. Patofisiologi
Inflamasi awal mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongestif vascular, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradanagn kronis synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian terjadi granulasi membentuk panus. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan nutrisi kartilago artikular, sehingga terjadi nekrotik. Jika kerusakan kartilago sangat luas, akan terjadi ankilosis. Kerusakan kartilago dan tulang menimbulkan dislokasi. Invasi tulang subkondria menimbulkan osteoporosis setempat
Penyimpangan KDM
Mekanisme imunitas
Factor metabolik
Invasi virus
Pada sendi synovial
Penyebaran yg hematogen
Reaksi antigen-antibodi
Pengaktifan mediator kimiawi
Inflamasi/arthritis reumatoid
Transduksi peningkatan vaskularisasi
Transmisi edema
Modulasi sendi synovial mjd tebal
Nyeri dipersepsikan terjdi granulasi
Nyeri membentuk panus
G3 nutrisi pada sendi
nekrotik
kelelahan osteoporosis local
pembatasan aktivitas klemahan fisik
intoleransi aktivitas Perubahan status kesehatan Imobilitas fisik
Informasi kurang terpajang
Kurang pengetahuan perubahan penampilan
G3 citra tubuh
Potensial cedera g3 konsep diri
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis arthritis rheumatoid:
1. Setempat:
a. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b. Lambat laun membengkak, panas, merah, dan lemah.
c. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna.
d. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu, rahang).
2. Sistemik:
a. Mudah capek, lemah, dan lesu
b. Demam
c. Takikardia
d. Berat badan turun
e. Anemia
E. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan meliputi:
1. Tes serologi
2. Pemeriksaan radiologi
3. Aspirasi sendi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan arthritis rheumatoid:
1. Istirahat mutlak pada tingkat akut atau memakai bidai sendi.
2. Terapi fisik, bantu latihan ROM, dan kompres
3. Pembedahan rekonstruksi jika perlu atau sesuai program
4. Pengobatan dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid.
G. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi dan palpasi untuk masing-masing sendi, amati warna kulit, ukuran, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi synovial:
· Catat jika ada deviasi
· Catat jika ada krepitus
· Catat jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot:
· Catat jika ada atrofi
· Catat jika ada tonus yang berkurang
· Ukur kekuatan otot
3. Kaji tingkat nyeri, derajat, dan mulainya.
4. Kaji aktivitas sehari-hari
5. Kaji riwayat psikososial.
6. Kaji konsep citra tubuh dan harga diri
H. Diagnosis
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi
2. Potensial cedera berhubungan dengan keterbatasan fisik
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan
4. Kurang pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan fungsi sendi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi & penanganannya
I. Intervensi & Implementasi
v Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi.
1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10),untuk memudahkan intervensi selanjutnya
2) Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba, untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi
3) Ajarkan tehnik relaksasi, sehingga mengurangi persepsi nyeri
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai program terapi,untuk membantu dalam menurunkan rasa nyeri
v Potensial cedera berhubungan dengan keterbatasan fisik
1) Gunakan sepatu yang menyokong,untuk membantu dalam melakukan aktivitas
2) Hindarkan lantai yang licin,agar mengurangi resiko cedera yang mungkin terjadi karena terpeleset
3) Ajarkan aktivitas secara bertahap sesuai kemempuan klien,agar resiko cedera dapat di hindari
4) Kurangi aktivitas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan kelelahan
5) Libatkan keluarga dalam proses perawatan, untuk membantu aktivitas klien
v Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan
1) Kaji penyebab gangguan citra tubuh karena dapat membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi.
2) Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyamanan agar dapat memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus dan menyediakan kebutuhan dan dukungan bagi pasien.
3) Dorong pengunkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya yang dapat membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi atau gaya hidup.
4) Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien karena menyampaikan perhatian dan dapat denga lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dan juga strategi koping pasien.
5) Dorong diskusi akan kebutuhan fisik dalam cara yang sederhana, langsung,dan factual. Berikan umpan balik yang realistis. Menyediakan kesempatan untuk memulai penggaabunagn perubahan aktubunagn perubahan actual dalam suasana yang saling menerima dan penuh harapan
v Kurang pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan
1) Bantu melakukan mobilisasi dengan menggunakan bidai karena sendi akan lemah akibat proses infeksi
2) Jelaskan penggunaan alat bantu jika akan melakukan aktivitas, untuk menghindari stress pada tulang akibat tumpuan beban berat badan
3) Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan aktivitas untuk mengurangi rasa nyeri saat berakitivitas
4) Anjurkan partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan agar dapat mempertahankan rasa sehat secara umum
v Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan fungsi sendi
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan
2) Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik.pertahankan rangsang lingkungan,contoh radio,TV,Koran dll. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control diri dan menurunkan isolasi social.
3) Instruksi pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi , mencegah kontraktur.
4) Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
v Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi & penanganannya
1) Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit dan perawatannya
2) Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perawatannya
3) Jelaskan program pengobatan yang akan dilakukan dan efek samping obat yang mungkin timbul
4) Jelaskan perlunya latihan gerak sendi (ROM)
J. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatn di harapkan:
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Tidak terjadi cedera
3. Mobilitas meningkat
4. Mampu melakukan kebutuhan sehari-hari
5. Menunjukkan perilaku yang adaptif
6. Memahami cara perawatan di rumah
ARTHRITIS GOUT/PIRAI
A. Defenisi
Artritis pirai adalah arthritis akut dan atau kronis pada sendi yang disebabkan oleh gangguan pembentukan asam urat (Tucker et al, 1998). Gout adalah peradangan akibat adanya endapan Kristal asam urat pada sendi (Pusdiknakes, 1993).
B. Etiologi
Etiologi dari arthritis Gout meliputi:
1. Kelainan metabolic dalam pembentukan purin
2. Ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal
C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya arthritis Gout adalah dimana adanya gangguan metabolisme purin yang menyebabkan terjadinya akumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah sehinggan asam urat menumpuk dalam tubuh yang kemudian menimbulkan iritasi local pada sendi sehingga proses inilah yang menimbulkan respon inflamasi
Adanya g3 metabolisme purin
Eskresi asam urat yg kurang dari ginjal
Akumulasi asam urat yang berlebiahan dlm darah
krisatal asam urat menumpuk dlm tubuh
menimbulkan iritasi lokal pada sendi
menimbulkan respon Inflamasi
arthritis Gout
Transduksi peningkatan vaskularisasi
Transmisi edema
Modulasi
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
kelelahan
pembatasan aktivitas Perubahan status kesehatan
hambatan mobilitas fisik Sakit
Informasi kurang terpajang
Mis interpretasi
Kurang pengetahuan
.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari artritis Gout adalah:
1. Akut :
· Nyeri hebat
· Bengkak
· Berlangsung cepat pada sendi yang terserang
· Sakit kepala
· Demam
· Gejala ini berkurang 10-14 hari
2. Kronis:
· Riwayat serangan akut
· Hiperurisemia yang tidak diobati
· Terdapat nyeri
· Kaku
· Pegal
· Serta pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodiuurat dalam jaringan).
E. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostic meliputi:
1. Pemeriksaan darah (asam urat meningkat, sel darah putih meningkat selama fase akut).
2. Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat.
3. Pemeriksaan urine ditemukan adanya Kristal asam urat.
4. Pemeriksaan rontgen pada daerah yang terkena pirai.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari arthritis Gout adalah:
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), Phenilbutazone (Butazolidin), Indomethacin (Indocin).
2. Sendi diistirahatkan
3. Kompres dingin
4. Diet rendah purin
5. Analgesic dan Antipiretik
6. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan Probenecid (Benemid) 0,5 g/hari atau Sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap Benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol (Zyloprim) 100 mg 2 kali/ hari.
G. Pengkajian
1. Data subjektif:
a. Tanyakan keluhan nyeri, lokasi dan derajatnya
b. Bagaimana gejala awalnya dan cara penanggulangannya
c. Adakah riwayat Gout di keluarga
d. Obat-obatan yang diperoleh
e. Anoreksia
f. Sakit kepala
2. Data objektif: palpasi apakah ada nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan, pembengkakan/nodul dan kemerahan pada sendi. Periksa adanya demam.
3. Riwayat psikososial. Adanya nyeri pada persendian, pasien merasa cemas dan takut untuk melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.
H. Diagnosis
Diagnosis keperawatan yang berlaku untuk gangguan ini adalah:
1. Gangguan rasa nyaman atau nyeri yang berhubungan dengan infeksi sendi
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas
3. Kuranng pengetahuan berhubungan dengan tentang penyakit dan penanganannya
I. Intervensi dan Implementasi
v Gangguan rasa nyaman atau nyeri yang berhubungan dengan infeksi sendi
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
2) Jelaskan penyebab nyeri. Dengan demikian, pasien dapat mengontrol nyeri
3) Ajurkan latihan relaksasi dengan menghirup udara dari hidung, tahan beberapa detik dan hembuskan dari mulut dengan bibir terkatup
4) Alihkan perhatian pasien denagn member bahan bacaan, menonton TV, mendengarkan radio dll
5) Pasang bidai pada sendi yang inflamasi. Ini bertujuan menyokong atatu mengimobilisasi sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri.
v Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas
1) Kaji tingkat mobilitas fisik, apakah sebagian atau total
2) Anjurkan latihan ROM secara teratur jika infeksi telah hilang atau nyeri hilang
3) Ajarkan pasien untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk memandirikan pasien dan meningkatkan kepercayaan diri
4) Dekatkan alat-alat yang diperlukan, sehingga mudah dijangkau oleh pasien.
5) Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan alat bantu berjalan jika akan melakukan aktivitas di luar tempat tidur
v Kurang pengetahuan berhubungan dengan tentang penyakit dan penanganannya
1) Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit dan perawatannya
2) Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perawatannya
3) Jelaskan program pengobatan yang akan dilakukan dan efek samping obat yang mungkin timbul
4) Jelaskan perlunya latihan gerak sendi (ROM)
J. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, di harapkan:
1. Nyeri berkurang atau hilang
a. Mengatakan nyeri berkurang
b. Nampak rileks dan tenang
c. Menunjukkan edema berkurang
2. Mobilitas fisik normal
a. Melakukan latihan rentang gerak sendi (ROM) secara adekuat pada sendi yang sakit
b. Melakukan ambulasi dengan walker atau tongkat tanpa rasa nyeri
3. Memahami program pengobatan dan perawatan penyakitnya
a. Mengekspresikan kesadaran dan pengetahuan tentang jadwal pengobatan dan efek samping
b. Mengungkapkan pentingnya diet, aktivitas, dan program latihan
c. Menepati jadwal control ulang ke dokter.
I. TUMOR TULANG BENIGNA,terdiri dari:
· Osteoma (ivory exostosis)
· Osteoma
· Osteblastoma jinak (osteoma osteoid raksasa)
· Osteokondroma
· Kondroblastoma
· Fibroma kondromisoid
· Kondroma
1. OSTEOMA (ivory exostosis)
Osteoma tumor jinak paling sering ditemukan 93,3 % dari seluruh tumor jinak tulang. Terjadi pada usia 20-40 tahun. Bentuk kecil tetapi dapat menjadi besar paling banyang di tempurung kepala, maksila, mandibula, paltum kadang pada tulang panjang.
2. OSTEOMA
Osteoma berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
3. KONDROMA
Kondroma sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan, kadang-kadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ilium. Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul di bagian tengah tulang.
Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat didiagnosis melalui foto rontgen atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak
Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat didiagnosis melalui foto rontgen atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak
4. OSTEOKONDROMA
Osteokondroma bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel yang tetinggal pada permukaan tulang. Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun.
Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan.
10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
4. KONDROBLASTOMA
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun.
Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini.
Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
5. FIBROMA KONDROMIKSOID
Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun.
Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan.
Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen.
Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan.
6. OSTEOID OSTEOMA
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang.
Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.
Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat.
Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen dengan teknik yang khusus.
Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.
Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan.
10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
4. KONDROBLASTOMA
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun.
Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini.
Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
5. FIBROMA KONDROMIKSOID
Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun.
Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan.
Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen.
Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan.
6. OSTEOID OSTEOMA
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang.
Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.
Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat.
Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen dengan teknik yang khusus.
Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.
TUMOR SEL RAKSASA
Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di sekitarnya.
Biasanya menimbulkan nyeri.
Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga.
Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmen tulang yang terkena.
Sekitar 10 % tumor akan muncul kembali setelah pembedahan.
Walaupun jarang, tumor ini bisa tumbuh menjadi kanker.
II. TUMOR TULANG MALIGNA, terdiri dari:
· Mioloma multiple
· Osteo sarcoma
· Fibro sarcoma dan histiositoma fibrosa maligna
· Tumor wing
· Kondro sarkoma
· Limfoma tulang maligna
1. MIOLOMA MULTIPLE
Merupakan kanker tulang yg pling sering di temukan, yg berasal dari sum-sum tulang yg menghasilkan sel-sel darah. Umumnya terjadi pd orang dewasa.tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat atau lebih. pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi,terapi penyinaran dan terapi pembedahan
2. OSTEO SARKOMA
Adalah merupakan tumor tulang ganas yg biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada remaja. Di temukan p[ada anak-anak atau rata-rata terdiagnosis pada umur 15 thn. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama tetapi pd akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak-anak laki-laki.penyebab yg pasti tidak diketahui. Bukti-bukti yg mendukung bahwa osteo sarcoma merupakan penyakit yang di turunkan. Ostoe sarcoma cenderung tumbuh di tulang paha(ujung bawah), tulang lengan atas(ujung atas), dan tulang kering(ujung atas). Ujung- ujung tulang terseburt merupakan daerah dmn terjadi perubahan dan kecep[atan pertumbuhan yg terbesar. Meskip[un demikian, osteo sarcoma bias tumbuh di tulaang lainnya. Gejala yg pling sering ditemukan adalah nyeri, udem, dan pergerakan yang tebatas. Tumor di tungkai menyebabkan penderita berjalkan timpang.sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ktk lengan dipake untuk mengangkat sesuatu benda.pembengkakan tumor mgk teraba hangat dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor biasa menyebabkan tulang menjadi lemah yg disebut fraktur patologis. Pemeriksaan yg biasa dilakukan roentgen tulang yg terkena, CT scan tulang, pemeriksaan darah(kimia serum), CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru, biopsy terbuka, scanning tulang untuk melihat penyebaran tumor. Sebelum dilakukan pembedahan, di berikan kemoterapi yg biasanya akan menyebabkan tumor mengecil, kemoterapi juga penting karena akan membunuh sel tumor yang sudah mulai menyebar. Kemoterapi yg sering dipakai: metotreksat dosis tinggi dgn leukoforin, doxorubicin, ciplatin, cyclophosphamide,bleomycin. Jika blm terjadi penyebaran ke paru-paru maka angka harapan hidup mencapai 60%, sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 thn setelah penyakitnya terdiagnosis.
3. FIBROSA SARCOMA
Berasal dari kjaringan lunak(jaringan ikat selai tulang, yaitu ligament, tendon, lemak dan otot dan jarang berawal dari tulang).kanker ini biasanya di temukan pada usia lanjut dan pertengahan. Tulang yg paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosa sarcoma mirip dgn osteo sarcoma dlm bentuk, lokasi,dan gejala-gejalanyaserta pengobatannyapun juga sama.
4. KONDRO SARKOMA
Merupakan tumor yg terdiri dari sel-sel kartilago(tulang rawan ) yg ganas. Kebanyakan tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yg sering dapat di sembuhkan dengan pembedahan. Tetapi beberapa di antaranya adalah tumor derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsy. Kondro sarcoma harus di angkat seluruhnya melalui pembedahan karena tdk bereaksi terhadap kemoterapi atau penyinaran. Amputasi tungkai dan lengan jarang di lakukan. Jika tumor di angkat seluruhnya lebih dari 75% penderita bertahan hidup.
5. TUMOR EWING
Tumot ewing(sarko0ma ewing) muncul pada masa pubertas dimanaang tumbuh secara sangat cepat. Jarang di temukan pada anak-anak dibawah umur 10 thn,tumor biasa tumbuh di tubuh bagian manapun, paling sering di tulang panjang anggota gerak, panggul, dada. Biasa juga di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya. Gejala nyeri dan kadang bengkak pada bagian yg terkena penderita mungkin juga mengalami demam. Tumor mudah mengalami penyebaran, sering kali menyebatr ke paru-paru dan tulang lainnya. Pada saat terdiagnosis , penyebaran telah terjdi pada 30% penderita. Jika di duga suatu tumor maka dilakukan rontgen tulang, roentgen dada, CT scan dada, scanning tulang, biposi tumor. Pengobatan kombinasi dari: kempoterapi(siklofosfmide, vinkristin, daktinomicin,doksorubicin,ifosfamid,etoposit).terapi penyinaran tumor, terapi pemebedahan untuk mengangkat tumor. Prognosis tergantung pada lokasi dan penyebaran tumor.
6. LIMFOMA MALIGNA
Limfoma tulang maligna (sarcoma sel reticulum)biasanya timbul pd usia 40 sampai 50thn. Biasa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri, pembengkakan, dan tulang yg rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari kemoterapi dan penyinaran yg sama efektifnya dgn pengangkatan tumor.amputasi jarang dilakukan.
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
OLEH NS. SABIR, S.KEP.
MAKALAH
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL
(INFEKSI & KEGANASAN)
OLEH:
FITRIANI J.
06 3145 105 011
PROGRAM SI KEPERAWATAN
STIKES MEGA REZKY
MAKASSAR
2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Suratum, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal. EGC : Jakarta
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3.EGC : Jakarta.